Abstract: |
Kelelawar merupakan salah satu jenis mamalia yang dapat digunakan sebagai indikator dalampenilaian suatu ekosistem. Perannya sebagai pemencar biji, pemakan serangga dan penyerbuktidakdapat diabaikan, karena berfungsi dalam mengatur dan mengendalikan ekosistem. Kehilangansalah satu peran tersebut akan menyebabkan keseimbangan ekosistem terganggu. Inventarisasimengenai jenis-jenis kelelawar telah banyak dilakukan di Indonesia. Suyanto (2001) melaporkanbahwa kekayaan jenis kelelawar di Sumatera mencapai 68 jenis dari 35 Marga. Sebanyak 46jenis dari 6 Marga yang terdiri dari 70% Microchiroptera dan 30% Megachiroptera ditemukandi Provinsi Sumatera Utara dan Jambi. Buku ini menyajikan deskripsi jenis-jenis kelelawar yangditemukan di kedua provinsi tersebut pada beberapa tipe penggunaan lahan yaitu hutan primer,hutan sekunder, kebun karet monokultur, kebun karet agroforest dan kebun pekarangan yangdiamati pada periode antara tahun 2005 - 2011. Metode survei cepat untuk biodiversitas (Quick Biodiversity Survey/QBS) yang dikembangkanoleh World Argoforestry Centre (ICRAF) digunakan dalam survei kelelawar di lima kabupaten yaituBungo dan Merangin (Provinsi Jambi), Simalungun, Asahan, Tapanuli Utara (Provinsi SumateraUtara). Pada metode ini, pengamatan kelelawar dilakukan dengan membuat transek sepanjangsatu kilometer dan memasang perangkap berupa jaring kabut (mist net) untuk menjebakkelelawar di semua lokasi penelitian kecuali pada kabupaten Merangin (Jambi) karena pada lokasiini, perangkap yang digunakan adalah perangkap harpa. Hasil survei cepat ini disajikan dalam bentuk deskripsi kelelawar yang dilengkapi dengan fotofotoyang menunjukkan ciri khas dari tiap jenis agar dapat memberikan gambaran pemahamanmengenai jenis-jenis kelelawar yang ditemukan. Selain itu, perannya dalam ekosistem, arealpersebarannya, habitat dan status kelangkaannya juga disajikan dalam buku ini sehingga menjadibahan pertimbangan dalam mengelola sistem penggunaan lahan yang mempertimbangkanaspek-aspek konservasi. |
|