Working Paper Series |
 |
|
Title | Seri Agroforestri dan Kehutanan di Sulawesi: Strategi mata pencaharian dan dinamika sistem penggunaan lahan di Sulawesi Selatan | Author | Noviana Khususiyah, Janudianto, Isnurdiansyah, S. Suyanto and James M Roshetko | Year | 2013 | Publisher | World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia Regional Program | City of Publication | Bogor, Indonesia | Series Number | Working paper 164 | Number of Pages | 40 | Call Number | WP0176-13 | Keywords | Proyek AgFor Sulawesi, Sulawesi Selatan, dinamika penggunaan lahan, mata pencaharian, pendapatan, kopi, kakao, cengkeh, agroforestri | |
Abstract: |
Proyek Agroforestry and Forestry in Sulawesi: Linking Knowledge with Action (Proyek AgFor
Sulawesi) diimplementasikan di tiga provinsi di Sulawesi, Indonesia (Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tenggara, dan Gorontalo) dari 2011 hingga 2016 untuk meningkatkan sistem mata pencaharian
agroforestri dan kehutanan masyarakat pedesaan. Survei dasar yang dilaporkan dalam dokumen ini
dilakukan untuk mendukung proyek AgFor Sulawesi ini. Tujuan utama survei dasar ini adalah
mempelajari karakteristik umum mata pencaharian masyarakat, sistem pertanian setempat, dan
sistem penggunaan lahan berdasarkan perspektif masyarakat. Penilaian dinamika penggunaan
lahan, sistem pertanian, dan strategi mata pencaharian di dua kabupaten di Sulawesi Selatan
dianggap penting untuk mendesain fase proyek selanjutnya. Studi dasar mata pencaharian
membahas mata pencaharian di tingkat masyarakat dan rumah tangga.
Hasil diskusi kelompok pada ketiga tipologi desa menunjukkan ada perbedaan yang cukup jelas
dalam opsi mata pencaharian, jenis tanaman pohon, dan pengelolaan pertanian. Pada Tipologi 1
yaitu desa berlahan terdegradasi dengan sistem tanaman tahunan (Kayu Loe dan Bonto Karaeng),
ladang jagung meningkat secara signifikan selama 40 tahun terakhir; sebaliknya, ada penurunan
signifikan pada luas perkebunan kemiri dan perkebunan lain. Penggunaan komoditas jagung
mendorong para petani untuk mengelola lahan mereka secara intensif. Pada Tipologi 2 yaitu desa
dengan sistem agroforestri (Pattaneteang dan Campaga), budi daya kopi dan cengkeh meningkat
cukup signifikan selama 40 tahun terakhir, tetapi ada pengurangan dalam ladang jagung dan hutan.
Para petani pada tipologi-tipologi ini sudah lama mempraktikkan sistem agroforestri kompleks
(kopi, kakao, dan cengkeh). Pada Tipologi 3 yaitu desa dengan sistem berbasis kayu (Tugondeng
dan Tana Towa), dinamika penggunaan lahannya berbeda. Di Tugondeng lahan perkebunan kelapa
meningkat cukup signifikan selama 40 tahun terakhir hingga kini menjadi sumber daya alam
utama. Di Tana Towa, nyaris semua opsi penggunaan lahan tetap sama selama 40 tahun terakhir
karena adanya hukum adat yang kuat di desa itu untuk melindungi area hutan dari konversi/
perambahan. Sistem agroforestri di desa-desa ini mencerminkan sistem pada Tipologi 2, yang
diikuti dengan perkembangan perkebunan kayu rakyat (petani skala kecil) yang turut mendukung
mata pencaharian masyarakat.
Dari hasil survei rumah tangga disimpulkan bahwa pendapatan total per tahun per rumah tangga
untuk para petani pada Tipologi 1 lebih rendah dibandingkan dengan Tipologi 2 dan 3. Sumber
pendapatan utama untuk para petani pada Tipologi 1 adalah ladang jagung dan kiriman uang; para
petani Tipologi 2 tergantung pada produk agroforestri mereka, dan para petani Tipologi 3 didukung
oleh perkebunan kelapa dan kegiatan wiraswasta. Pendapatan per kapita harian para petani dalam
area Tipologi 1 berada di bawah garis kemiskinan internasional. |
|