Paper |
 |
|
Title | Pembibitan Sebagai Alternatif Sumber Penghidupan Petani Agroforestri Sulawesi Tenggara: Potensi dan Tantangan | Author | Yeni Angreiny, Endri Martini, La Ode Ali Said and James M Roshetko | Year | 2014 | Parent Title | Presented at Seminar Nasional Agroforestri 5, Ambon, November 2014 | Publisher | World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia Regional Program | City of Publication | Bogor, Indonesia | Pages | 1-9 | Call Number | PP0357-15 | Keywords | pembibitan komersial, pasar bibit, bibit unggul, sertifikasi | |
Abstract: |
Pembibitan selain menghasilkan bibit unggul, juga dapat menjadi sumber
penghidupan, khususnya ketika sumber bibit unggul masih jarang ditemukan
seperti halnya di Sulawesi Tenggara (Sultra). Harapannya, pembibitan dapat
menjadi alternatif sumber penghidupan, khususnya bagi petani agroforestri yang
umumnya mengandalkan penghidupannya pada produk agroforest yang kadang
terkendala pada harga dan produksi yang fluktuatif. Oleh karena itu, untuk
mengetahui potensi dan tantangan dari pengembangan pembibitan sebagai
alternatif sumber penghidupan petani agroforestri Sultra, dilakukan survey pada
Juni-November 2013 terhadap pemilik pembibitan komersial di Konawe Selatan
dan Konawe, Sultra. Di Sultra terdapat sekitar 19 pembibitan komersial yang
terdaftar di Dinas Pertanian, dan 17 di antaranya tersebar di Konawe Selatan dan
Konawe, dengan 16 pembibitan menghasilkan bibit sendiri, dan 12 lainnya selain
menghasilkan bibit sendiri juga membeli bibit dari daerah lain (41,7% membeli di
Bali, 25% di Bulukumba, 58,3% di Makassar, 16,7% di Kendari, dan 0,08% di
Manado). Pembelian bibit ke daerah lain dilakukan karena jumlah dan kualitas
bibit yang dihasilkan tidak mencukupi kebutuhan pasar. Hal tersebut
menunjukkan potensi pasar pengembangan pembibitan di Sultra masih tinggi,
dengan jenis tanaman buah-buahan dan kayu-kayuan sebagai unggulan.
Sementara, berdasarkan diskusi dengan petani agroforestri, tantangan
pengembangan pembibitan sebagai sumber alternatif penghidupan adalah (a) terbatasnya akses petani terhadap sumber bibit unggul; (b) proses sertifikasi bibit
yang dinilai petani cukup sulit, dan (c) harga jual bibit yang rendah di tingkat
petani. Oleh karena itu perlu dukungan pemerintah dan pihak lainnya untuk
meningkatkan kapasitas dan posisi tawar petani dalam pengembangan pembibitan,
baik dari segi produksi bibit maupun dari segi pemasarannya. |
|