Penyuluhan diperlukan sebagai media untuk menyampaikan inovasi-inovasi agroforestri dan mendukung terciptanya inovasi tersebut. Akan tetapi sistem penyuluhan yang saat ini berlaku di Indonesia lebih difokuskan pada kegiatan pertanian, dengan posisi bidang agroforestri yang belum terkategori dengan jelas. Hal ini berdampak pada terbatasnya informasi tentang inovasi agroforestri yang sampai pada petani, terutama disekitar hutan, yang mengandalkan hidupnya dari sistem agroforestri. Oleh karena itu studi ini dilakukan untuk melihat posisi, tantangan dan potensi dari penyuluhan agroforestri untuk mendukung peningkatan penghidupan petani di pedesaan dan sekitar hutan. Studi dilakukan dengan metode Focus Group Disscusion (FGD) dengan enam kelompok tani; FGD dengan empat kelompok penyuluh; dan wawancara dengan narasumber kunci di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta; Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat; dan Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur. Informasi yang dikumpulkan pada studi ini adalah jumlah dan kualitas penyuluh, program penyuluhan, sumber-sumber anggaran dan ketersediaan media komunikasi penyuluhan di masing-masing kabupaten. Hasil dari studi ini menunjukkan penyuluhan agroforestri di sistem penyuluhan yang saat ini berlaku masih belum menjadi prioritas, akan tetapi untuk ke depannya bisa dikembangkan potensinya melalui (i) peningkatan jumlah penyuluh agroforestri dan pengetahuan para penyuluh tentang agroforestri; (ii) pengkhususan program penyuluhan agroforestri; (iii) mengutamakan penganggaran untuk penyuluhan agroforestri; dan (iv) peningkatan jumlah media penyuluhan yang lebih mudah diterima dan dimengerti oleh petani. Membangun kemitraan dengan berbagai pihak menjadi utama dalam meningkatkan potensi penyuluhan agroforestri di Indonesia. |