Sulawesi Selatan termasuk memiliki ketahanan pangan yang baik, walaupun tidak semua petaninya khusus bertanam tanaman pangan, bahkan sebagian besar petaninya bertanam dengan sistem agroforestri. Beberapa kajian menyebutkan bahwa agroforestri memiliki potensi mendukung ketahanan pangan, tetapi belum banyak dilakukan kajian peran agroforestri dalam strategi penghidupan petani untuk mengatasi kekurangan pangan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan strategi penghidupan petani agroforestri dalam mendukung ketahanan pangan yang baik di Sulawesi Selatan. Studi ini dilakukan di kabupaten di Sulawesi Selatan yang sumber penghidupan utamanya dari agroforestri. Wawancara dilakukan terhadap 280 responden dari 13 desa yang tersebar di 4 kabupaten (Gowa, Jeneponto, Bulukumba dan Bantaeng). Data yang dikumpulkan adalah kepemilikan lahan, sumber dan nilai pendapatan, serta rata-rata produksi kebun dari masing-masing rumah tangga. Diskusi dengan informan kunci di masing-masing desa juga dilakukan untuk mengetahui strategi ketahanan pangan masyarakatnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk kebutuhan pangan, petani agroforestri di Sulawesi Selatan rata-rata menanam padi dan atau jagung, dengan persentase kepemilikan lahan untuk tanaman pangan kurang dari 30%. Untuk pemenuhan kebutuhan pangan, ada desa yang bersawah dan bertanam jagung, bersawah tidak menanam jagung, dan hanya menanam jagung. Strategi tersebut diterapkan berdasarkan pada ketersediaan air untuk irigasi, topografi dan kepadatan tanaman di kebun agroforest. Pada daerah yang berhutan baik, jarang terjadi gagal panen padi maupun jagung, sedangkan yang hutannya kritis sering mengalami gagal panen. Peran agroforestri dalam strategi ketahanan pangan petani di Sulawesi Selatan lebih kepada sebagai penghasil uang untuk membeli bahan pangan jika terjadi kegagalan panen, dan sebagai tempat menanam jagung pada kebun yang belum dipadati tanaman. |