Abstract: |
Pandemi Covid-19 belum juga bisa dikatakan berakhir. Di sisi lain, roda kehidupan harus tetap berputar. Mulai Juli 2020, Gerakan Rejoso Kita memutuskan mulai aktif bekerja di lapangan, membina kerja sama dengan pemerintah dan petani di DAS Rejoso, tentu dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang digariskan pemerintah. Semoga kita semua tetap sehat dan dijauhkan dari penyakit. Dalam situasi pandemi ini, Buletin Peduli Rejoso tetap hadir dengan cerita-cerita menarik. Yang pertama tentang hasil analisis penyusunan tipologi sawah yang kami lakukan di dua kecamatan, yaitu Gondang Wetan dan Winongan. Dengan adanya tipologi ini, kita bisa mengetahui gambaran sebaran petak sawah di dua kecamatan tersebut, misalnya menurut pola pengelolaan lahan dan irigasi yang dipakai. Gerakan Rejoso Kita memanfaatkan tipologi ini untuk menentukan wilayah penerapan budi daya padi ramah lingkungan yang saat ini gencar dikenalkan di hilir DAS Rejoso. Cerita selanjutnya, juga masih seputar penerapan budi daya padi ramah lingkungan, adalah tentang anjuran mengendalikan hama dan penyakit tanaman dengan biopestisida. Cerita dan pengalaman Pak Muslim, petani dari Desa Keboncandi, memberikan gambaran tentang bahaya menggunakan pestisida kimia bila diberikan dengan takaran dan jenis yang tidak sesuai anjuran. Salah satu cerita menarik yang kami hadirkan dalan edisi kali ini adalah tentang usaha penggilingan padi. Kami berkesempatan ngobrol dengan pemilik sebuah penggilingan padi di Desa Penataan, dan berhasil mendapat berbagai informasi tentang proses penggilingan padi, juga suka duka menjalankan bisnis penggilingan padi. Di bagian akhir Buletin, kami mengajak pembaca jalan-jalan ke wilayah hulu DAS Rejoso, bertemu dengan Pak Salis dan Pak Priyono, berbicara tentang kiprah petani kentang dalam konservasi lahan, menekan erosi lahan, dalam keseharian mereka mengolah lahan miring di lereng Gunung Bromo. |
|