Desa Simonis di Kabupaten Labuhanbatu Utara memiliki sejarah panjang sebagai sentra durian, dengan hampir 70% penduduknya menanam durian sejak 1970-an. Namun, antara 2010–2015, banyak pohon durian ditebang karena tingginya harga kayu, dan lahan beralih ke kelapa sawit serta karet. Perubahan ini berdampak pada iklim mikro desa, menyebabkan suhu menjadi lebih panas. Untuk mengembalikan dan menjaga keberlanjutan, Pak Suhendro, seorang petani kelapa sawit, mulai menerapkan sistem agroforestri kelapa sawit dengan durian setelah mengikuti pelatihan dalam Program Sustainable Farming in Tropical Asian Landscapes (SFITAL). Ia menanam durian di antara kelapa sawit di lahannya seluas 4 hektare, mempertahankan varietas lokal seperti durian sijantung dan durian sitolur. Penerapan agroforestri ini tidak hanya meningkatkan produktivitas lahan, tetapi juga menjaga keseimbangan ekologi dan menjadi warisan bagi generasi mendatang. Dengan pendekatan agroforestri yang tepat, durian tetap berkualitas tanpa kehilangan rasa, selama pemupukan dan jarak tanam diperhatikan. Kisah ini menjadi contoh bahwa petani kelapa sawit dapat mengoptimalkan hasil pertanian dengan sistem yang lebih berkelanjutan. |