Kabupaten Luwu Utara merupakan salah satu sentra utama produksi kakao di Sulawesi Selatan. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, produksi kakao di wilayah ini mengalami penurunan signifikan. Penyebabnya beragam, mulai dari usia tanaman yang tua dan perlu diremajakan, penurunan kesuburan tanah akibat penggunaan bahan kimia berlebih, hingga meningkatnya serangan hama dan penyakit yang dipicu oleh berkurangnya naungan dan dampak perubahan iklim. Penanaman kakao secara monoclonal juga menurunkan efektivitas penyerbukan silang, sementara sebagian kebun mengalami konversi fungsi lahan akibat tekanan ekonomi dan perubahan biofisik seperti banjir dan genangan air. Untuk menjawab tantangan ini, pengembangan model agroforestri kakao diperkenalkan sebagai pendekatan inovatif. Agroforestri tidak hanya menjaga keberlanjutan produksi kakao, tetapi juga meningkatkan keanekaragaman hayati, memperbaiki struktur dan kesuburan tanah, serta memberikan sumber pendapatan alternatif bagi petani. Publikasi ini menguraikan proses perancangan, penerapan, dan pembelajaran dari model-model kebun agroforestri kakao di Luwu Utara, khususnya di Desa Pararra, sebagai upaya untuk mendorong sistem pertanian yang lebih tangguh, adaptif, dan berkelanjutan di tengah tantangan perubahan iklim dan sosial ekonomi petani. |