Di Desa Kampung Yaman, Labuhanbatu Utara, Nurlela membuktikan bahwa lahan terbatas bukan penghalang untuk berdaya. Berbekal pelatihan SFITAL, ia memanfaatkan kebun sawit tidak produktif dengan menanam cabai, ubi, jagung, pepaya, dan pisang. Hasil panen yang awalnya untuk konsumsi rumah tangga kini berkembang hingga ke pasar kecamatan, membuka jalan menuju kemandirian. Sementara itu, di Desa Pulo Jantan, Tiana menekankan manfaat intercropping bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga ketahanan pangan keluarga, menjaga kelembapan tanah, mengurangi gulma, dan meningkatkan nilai lahan. Bahkan limbah pelepah sawit dapat diolah ibu-ibu menjadi sapu lidi yang berguna dan bernilai jual. Inovasi sederhana ini menunjukkan bahwa intercropping dan pemanfaatan limbah sawit mampu meningkatkan kesejahteraan sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan. |