Abstract: |
Salah satu alternatif untuk meningkatkan kebutuhan akan pangan adalah dengan ekstensifikasi pertanian di luar pulau Jawa, yang mana potensi pengembangannya adalah di lahan kering, yang didominasi oleh Ultisol (Santoso, 1998). Permasalahan yang sering dijumpai pada lahan ini adalah cepat menurunnya tingkat produktivitas lahan bila diusahakan untuk usaha tanaman sernusim. tanpa adanya masukan pupuk yang cukup. Kemerosotan kesuburan tanah umumnya ditandai dengan kekahatan unsur N didalarn tanah. Pada kondisi tropika basah, unsur N dalarn tanah mudah sekali hilang sebagai akibat proses volatilisasi, denitrifikasi, terangkut limpasan permukaan dan terutama akibat pencucian (Sanchez, 1976). Hilangnya N melalui proses pencucian juga disebabkan rendahnya sinkronisasi antara saat mineralisasi N dengan kebutuhan tanaman akan N (Van Noordwijk, 1989).
Salah satu cara mengefisienkan penggunaan unsur N adalah mengkombinasikan tanaman pagar berperakaran dalam dengan tanaman pangan yang berperakaran dangkal, dalam. suatu sistern pola tanam, yaitu sistern. budidaya pagar. Maka kelebihan unsur N yang tercuci ke lapisan bawah dapat dimanfaatkan oleh tanaman pagar untuk memenuhi kebutuhannya, dan pada suatu saat akan kemibali ke lapisan atas melalui pangkasan dan seresah yang jatuh selama proses pertumbuhannya. Menurut Van Noordwijk et al. (1993), sistern perakaran yang intensif dan dalam, dapat berperan dalarn mengambil air dan hara dari lapisan tanah bawah dan diharapkan bisa menjadi "jala penyelamat unsur hara". Peranan akar pohon sebagai "jala penyalamat hara" ini masih terbatas sebagai hipotesis yang telah disebar luaskan oleh proyek TSBF, dan belurn pernah dibuktikan kebenarannya dilapang (Van Noordwijk, 1989). Pengujian hipotesis "jala penyelamat hara" di sistern budidaya pagar ini dilakukan melalui pendekatan pengujian kondisi yang diperlukan agar tanaman pohon dapat berperanan sebagai "jala penyelamat bara", kondisi tersebut telah diidentifikasikan oleh Van Noordwijk et al. (1996) yaitu: (1) tanaman pohon harus mempunyai cukup perakaran halus dilapisan tanah bawah, (2) lapisan tanah bawah harus memperoleh stock unsur hara tersedia yang cukup melalui proses pencucian unsur hara, dan (3) kandungan air tanah pada lapisan tanah bawah harus cukup untuk dapat memberi fasilitas pengangkutan unsur hara secara difusi kedalarn sistern perakaran. Pada percobaan ini hanya dibatasi pada hubungan antara pencucian unsur N dengan sistern perakaran tanaman pagar sebagai jala penyelamat hara.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari distribusi perakaran tanaman pagar pada berbagai kedalaman tanah dalam, sistem budidaya pagar, dan banyaknya N mineral yang tercuci pada tiap kedalamannya. Hipotesis bahwa tanaman pagar yang mempunyai perakaran yang luas dan dalarn terutama pada lapisan tanah bawah lebih berfungsi sebagai "jala penyelamat hara" dalam mengurangi pencucian N mineral, dibandingkan tanaman pagar yang menipunvai perakaran dangkal.
Sebaran akar dilakukan dengan metode pemetaan akar dengan cara menggambar kondisi akar dilapangan, akar jagung secara kualititatif penyebarannya
berkisar 10-20 cm dari batang pokok. Pada u ' mun-mya akar jagung berkembang di lapisan tanah atas. saja, sekitar 20 cm, tetapi pada petak Campuran Peltophorum dasyrrhachis dan Glidcidia sepium (Campu
ran PG) perkembangan akarnya lebih dari |
|