Abstract: |
Pertambahan jumlah penduduk akan disertai dengan peningkatan kebutuhan hidup manusia terutama masalah pangan. pemenuhan kebutuhan pangan dilakukan dengan perluasan areal pertanian dengan cara penebangan hutan secara intensif. Di sisi lain hal ini berdampak buruk pada lingkungan terutama masalah erosi. salah satu solusi yang ditawarkan adalah penanganan sistem agroforestri yaitu penggunaan lahan yang berbasis pepohonan yang ditujukan untuk meningkatkan pendapatan clan kelestarian alam.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besamya pengaruh kepadatan penutupan tajuk terhadap limpasan permukaan dan erosi dimulai pada bulan Maret -Juni 2002.lokasi yang dipilih terletak di Desa Sumberjaya Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Lampung Barat, Lampung. Parameter yang diukur adalah penutupan kanopi daun dan kedalaman tajuk, penutupan seresah pada permukaan tanah, infiltrasi, curah hujan,limpasan permukaan dan erosi.
Pengukuran dilakukan pada lima perlakuan sistem penggunaan lahan yaitu kopi monokultur, kopi naungan Sengon, kopi naungan Glirisidia, kopi naungan berbagai macam pepohonan (campuran), dan Hutan sebagai kontrol. umur kopi yang dipilih kurang lebih 10 tahun. Untuk mengurangi keragaman kelerengan pacta semua perlakuan dipilih kelerengan lahan 30°. Pengukuran Infiltrasi menggunakan Rainfall Simulator, curah hujan dengan alat penakar hujan. Sedangkan erosi dan limpasan permukaan menggunakan alat chinometer
Hasil penelitian menunjukkan bahwa limpasan permukaan pacta hutan menunjukkan hasil yang paling sedikit yaitu 36,9 mm. Perlakuan kopi naungan yang rendah acta pacta perlakuan kopi naungan Sengon sebesar 52,22 mm. Sedangkan kopi naungan Glirisidia dan campuran berturut-turut sebesar 84,82 mm clan 91,53 mm. Perlakuan kopi monokultur menunjukkan limpasan permukaan tertinggi sebesar 141,9 mm. Hasil erosi menunjukkan hal sama dengan limpasan permukaan. Perlakuan hutan sebagai kontrol menunjukkan basil terkecil yaitu 20,8 g m2. kopi naungan Sengon, Glirisidia, dan Campuran berturut-turut 65,73 g m2,117,81 g m2, 167,46 g m2. kopi monokultur tetap menunjukkan hasil yang paling tinggi yaitu 272,8 g m2.
Dengan penutupan kanopi daun, kedalaman tajuk dan penutupan permukaan tanah oleh seresah yang rapat disertai laju infiltrasi yang tinggi menunjukkan bahwa peranan hutan belum dapat digantikan oleh perlakuan lain dalam menanggulangi masalah limpasan permukaan dan erosi. Salah satu hasil yang dapat mendekati hasil hutan adalah kopi naungan Sengon. Interaksi lingkungan yang baik dapat menciptakan suatu lingkungan yang dapat terjaga kerusakan lingkungan. |
|