Abstract: |
Cacing tanah merupakan organisme tanah yang melakukan fungsi ekologis dalam ekosistem tanah. Namun aktivitas konversi lahan hutan mengakibatkan terjadinya efek terhadap habitat cacing tanah, melalui perubahan iklim mikro dan masukkan bahan organik. Populasi cacing tanah akan berhubungan dengan pembentukkan porositas makro tanah sebagai mata rantai peranan cacing tanah dalam menjaga sistem hidrologis pada ekosistem tanah. penelitian ini bertujuan antara lain : (1) menetapkan populasi cacing tanah pada sistem agroforestri berbasis kopi pada lahan berlereng, (2) mempelajari pengaruh populasi cacing tanah terhadap pori makro tanah, (3) Meng-estimasi peranan cacing tanah dalam mengurangi run-off (limpasan permukaan) dengan model WaNuLCAS 2.0. Penelitian ini dilakukan pada berbagai sistem agroforestri berbasis kopi (lereng 30 % atau lebih, umur 10 tabun atau lebih), di Sumberjaya, Lampung Barat.
Metode penelitian yang dilakukan adalah pengamatan pada plot (40x5)m, pada masing lahan (SPL) diatas (kopi monokultur, kopi naungan, kopi campuran dan hutan). Pengamatan dilakukan pada posisi lereng atas dan bawah, dengan jumlah ulangan sebanyak 2. Parameter pokok yang diamati antara lain : komunitas cacing tanah (monolith tanah dan metode hand sorting) dan pori makro tanah (methylen blue). Analisis ragam dan uji Duncan (p<0.05) dilakukan untuk mengetahui pengaruh agroforestri berbasis kopi dan hutan terhadap komunitas cacing tanah dan pembentukkan pori makro tanah. Untuk mengetabui hubungan antara parameter cacing tanah dan pori makro tanah dilakukan uji korelasi pada tingkat signifikansi 0.05. Peranan cacing tanah dalam mengurangi limpasan permukaan diukur dengan simulasi WaNuLCAS 2.0.
Adanya alih guna lahan hutan menjadi lahan pertanian berbasi3 kopi temyata meningkatkan populasi cacing tanah secara kuantitas (149 ind m-2 pada kopi campuran mmjadi 82 ind m-2 pada SPL lain), namun di sisi lain menurunkan berat basah total yang ditemukan (31 g m-2 pada SPL hutan menjadi 15 g m-2 sampai 7 g m-2 pada SPL lain). Hal ini berkaitan dengan ukuran cacing tanah yang ditemukan. Alih guna lahan ternyata tidak berpengaruh nyata pada jumlah populasi epigeik, tetapi berpengaruh nyata pada spesies anesik dan endogeik. Terdapat hubungan antara parameter cacing tanah dengan pembentukkan pori makro tanah, namun hubungan yang didapat merupakan hubungan negatif dimana semakin banyak jumlah spesies anesik justru menurunkan persentase pori makro tanah yang terbentuk pada penampang vertikal, dan semakin tinggi jumlah "ecosystem engineer" menurunkan persentese pori makro tanah pada penampang horizontal. Peningkatan nilai K_Structdecay pada simulasi WaNuLCAS 2.0 mengakibatkan terjadinya peningkatan nilai limpasan permukaan. Cacing tanah berada pada nilai K_Structdecay yang semakin kecil. Cacing tanah dapat memperlambat terjadinya penyusutan pori makro tanah melalui aktivitasnya dalam membuat channel (saluran) didalam tanah. |
|